Kamis, 17 November 2011

berpikir kritis dan proses keperawatan


Berpikir kritis dan Proses keperawatan
Definisi Berpikir kritis
Dalam lingkup dunia kesehatan sekarang ini perawat di hadapi pada isu-isu dan situasi yang semakin kompleks yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi, keakutan yang makin besar dari pasien di lingkungan rumah sakit dan komunitas, populasi yang menua, proses penyakit yang kompleks, dan faktor-faktor etis dan kebudayaan yang terus menerus berubah. Dahulu, perawat menggunakanpendekatan penyelesaian masalah dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperaweatan. Sekarang bagian pembuatan keputusan dari pemecahan masalah menjadi semakin kompleks dan membutuhkan cara berpikir yang kritis.
Berpikir kritis adalah proses kognitif atau mental yang mencakup penilaian dan analisa rasional terhadap semua informasi dan ide yang ada serta merumuskan kesimpulan da keputusan. Pertimbangan keputusan yang mandiri berasal dari dasar pengetahuan yang dalam dan kemampuan  untuk mensistesa informasi dalam konteks dimana informasi itu di dapatkan. Keterampilan keperawatan yang berhubungan dengan penggunaan metode ilmia, aplikasi dari proses keperawatan, dan pengambilan keputusan klinis merupakan komponen-komponen penting dari berpikir kritis.
Aspek-aspek Berpikir Kritis
Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara bersinambungan yang mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Berpikir kritis, sebagai salah satu tipe berpikir, juga merupakan suatu proses yang bersinambungan. Namun, beberapa aktivitas kognitif atau mental dapt di dentifikasi sebagai komponen-komponen utama dalam berpikir kritis.
Seseorang yang sudah mempunyai kemampuan untuk berpikir kritis biasanya akan melakukan aktifitas mental berikut ini sementara ia berpikir secara kritis.
-          Menganjukan pertanyan-pertanyaan untuk menentukan alasan dan penyebab mengapa perkembangan  tertentu terjadi dan untuk menentukan apakah diperlukan informasi lain.
-          Mengumpulkan sebanyak mingkin informasi yang relevan untuk mempertimbangkan semua faktor yang tercakup.
-          Memvalidasi informasi yang tersedia untuk memastikan bahwa informasi itu akurat, bukan semata-mata pendapat atau dugaan, dan bahwa informasi itu beralasan dan disarkan pada fakta dan bukti.
-          Menganalisa informasi tersebut untuk menentukan maknanya dan untuk menentukan apakah informasi tersebut membentuk suatu rangkaian atau pola yang akan mengacu pada suatu kesimpulan tertentu.
-          Menggunakan pengelaman dan pengetahuan klinis yang lalu untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi dan untuk mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.
-          Mempertahankan suatu sikap fleksibel yang memungkinkan fakta-fakta untuk menuntun dalam berfikir  dan dalam mempertimbangkan semua kemungkinan.
-          Mempertimbangkan pilihan yang tersedia dan menilai setiap pilihan itu menurut keuntungan dan kerugian masing-masing.
-          Memutuskan suatu keputusan yang mencerminkan pengambilan keputusan yang kreatif dan mandiri.
Membentuk keterampilan berpikir kritis membutuhkan waktu dan latihan. Sepenjang bagian ini latihan-latihan berpikir kritis diberikan sebagai cara untuk melatih kemampuan seseorang dalam berpikir secara kritis. Latihan-latihan tambahan dapat ditemukan dalam panduan belajar yang menyertai tulisan ini. Pertanyaan-pertanyaan yang terlulis dalam bagan 3-1 dapat berguna sebagai panduan untuk menyelesaikan latihan-latihan tersebut, meskipun penting untuk diingat  bahwa tiap situasi sifatnya unik dan memerlukan pendekatan yang sesuai dengan keadaan yang di gambarkan.
Perawat harus menggunakan keterampilan berpikir kritis dalam semua keadaan: perawat kritis, ambulatori, dan perawat extended juga dalam panti dan komunitas. Tiap keadaan pasien, apapun keadaan perawatnya, di lihat sebagai sesuatu yang unik dan dinamik. Faktor-faktor unik yang dibawa oleh pasien dalam situasi perawatan kesehatan di pertimbangkan, dipelajari, dianalis, dan diinterpretasikan. Interpretasi dari informasi yang tersedia kemudian memampukan perawat untuk memfokuskan pada faktor-faktor yang paling relevan dan paling bermakna bagi situasi klinis. Keputusan-keputusan tentang apa yang harus dilakukan dan bagai mana melakukannya kemudian di susun menjadi suatu rencana tindakan. Keterampilan berpikir kritis yang penting untuk membuat keputusan semacam itu, di gunakan dalam semua tahap proses keperawatan.

Tahap-Tahap Proses Keperawatan

Proses keperawatan sudah di terima sebagai inti dari keperawatan. Proses keperawatan merupakan suatu sistem yang cermat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah-masalah kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan kesehatan dan keperawatan seseorang. Meski tahap-tahap proses keperawatan sudah di gambarkan dalam berbagai cara oleh penulisan yang berbeda-beda, komponen yang sering dikutip mencakup pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. The 1991 American Nurse Association Standards of Clinical Nursing Practice mencakup komponen tambahan yang disebut dengan identifikasi hasil akhir dan menyusun suatu rangkaian dari tahap-tahap tersebut dalam urutan berikut ini:pengkajian, diagnosa, identifikasi, dan evaluasi. Untuk tujuan penulisan ini, proses keperawatan akan di dasarkan pada kelima tahap tradisional dan akan menggabarkan dua komponen dalam tahap diagnosa: diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif. Tahap-tahap tersebut dirumuskan berikut ini:
1.    Pengkajian-pengumpulan data yang sistematisuntuk menentukan status kesehatan pasien dan untuk mengidentifikasi semua masalah kesehatan yang aktual atau potensial. (Analisa data termasuk dalam pengkajian. Untuk mereka yang inggin menekankan pentingnya analisa, analisa dapat di identifikasi sebagai tahap yang terpisan dari proses keperawatan).
2.    Diagnosis- identifikasi dari dua tipe masalah pasien berikut ini:
a.    Diagnosa keperawatan-masalah kesehatan yang aktual atau potensialyang dapat di tangani dengan intervensi keperawatan yang mandiri.
b.    Masalah kolaboratif-komplikasi fisioligis tertentu yang di pantau oleh perawat untuk mendeteksi awitan atau perubahan dalam status. Perawat mengelola masalah kolaboratif dengan menggunakan intervensi medis dan keperawatan untuk meminimalkan komplikasi dari keadaan tersebut (carpenito, 1993, hal.30).
3.    Perencanaan-penentuan tujuan dan rencana perawatan yang di susun untuk membantu pasien mengatasi masalah yang sudah didiagnosa.
4.    Implementasi- aktualisasi dari rencan perawatan melalui intervensi keperawatan.
5.    Evaluasi-penentuan dari respons pasien terhadap intervensi keperawatan dan sejauh mana tujuan sudah dicapai.
Membagi proses keperawatan menjadi lima komponen atau tahap yang terpisah bertujuan untuk menberikan penekakan pada tindakan keperawatan yang penting tangharus dikerjakan untuk menyelesaikan diagnosa keperawatan pasien dan mengatasi masalah kolaboratifatau komplikasi yang timbul. Namun, kita harus ingat bahwa pembagian proses ini menjadi tahap-tahap yang terpisah sifatnya tidak murni dan bahwa proses berfungsi sebagai suatu kesatuan yang terintergrasi, dengan tahap-tahap tersebut saling berhubungan, saling tergantung, dan berulang menyajikan suatu ikhtisar dari aktivitas keperawatan yang tercakup dalam penerapan proses keperawatan.

Pengkajian
Pengumpulan data pengkajian dilakukan dengan cara mengumpulkan riwayat kesehatan dan pengkajian kesehatan dan dengan pemantauan secara bersinambungan agar tetap waspada terhadap kebutuhan pasien dan keefektifan dari rencana keperawatan yang diterima pasien.

Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan dilakukan dengan tujuan untuk menentukan keadaan sejahteraan atau penyakit individu dan paling baik dicapai sebagai bagian dari wawancara yang sudah direncanakan. Wawancara adalah dialog antara pasien dan perawat dan melibatkan percakapan ke arah yang sensitif dan bertujuan untuk mendapatkan informasi. Pendekatan perawat terhadap orang tersebut akan sangan menentukan banyaknya dan kualitas informasi yang didapat. Mencapai suatu hubungan saling percaya dan saling menghormati membutuhkan  suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan minat yang tulus dari orang tersebut. Conto dari teknik komunikasi terapeutik yang efektif yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan.
      Penggunaan pedoman riwayat kesehatan dapat membantu dalam mendapatkan informasi yang berkenaan dan mengarahkan jalannya wawancara. Keragaman dari format riwayat kesehatan sudah tersedia. Meski format-format ini di susun untuk memberikan panduan dalam wawancara, meraka harus diadaptasikan sesuai respons, masalah dan kebutuhan individu.
      Seorang pewawancara yang berpengalaman akan menciptakan suatu gaya dan format  yang nyaman untuk melakukan wawancara dan akan besikap fleksibel dalam mengadapatasi format tersebut agar sesuai dengan situasi individu, sementara ia masih mendapatkan informasi yang penting. Beragam model dapat bermanfaat sebagai kerangka kerja  untuk mendapatkan pengkajian data, sepeti pola fungsi kesehatan (Gordon, 1993), hirarki kebutuhan Maslow, dan delapan tahap perkembangan manusia dari Erikson. Informasi yang terkumpul akan menunjukan kebutuhan fisik, fisiologis, emosional, intelektual, perkembangan, sosial, budaya, dan spiritual individu.
      Pertanyaan-pertanyaan dalam bagan 3-3 diberikan sebagai pedoman untuk melakukan wawancara , tetapi pertanyaan diajukan ditentukan  oleh reaksi individu.
      Dalam beberapa keadaan mungkin ada baiknya bagi pasien untuk mengisi formulir, adalah tanggung  jawab perawat untuk memeriksa dan mengklarifikasikan informasi tambahan yang penting dalam mengidentifiasi kebutuhan keperawatan individu tersebut.

Pengkajian Keperawatan
Pengkajian kesehatan atau pengkajian fisik dapat dilakukan sebelum, selama atau sesudah pengkajian riwayat kesehatan, tergantung pada keadaan fisik dan emosi pasien dan prioritas utama situasi penyakitnya.
      Tujuan dari pengkajian kesehatan ialah untuk mengidentifikasi aspek-aspek tersebut dari keadaan fisik, fsokologis, dan emosional yang menunjukkan adanya kebutuhan keperawatan. Pengkajian kesehatan membutuhkan penggunaan indera penglihatan, pendengaran, perabaan, dan penciuman juga keterampilan dan teknik dalam melakukan wawancara. Teknik pengkajian fisik seperti halnya teknik dan strategi untuk mengkaji dan perubahan perilakudan peran.

Komponen-komponen Lain dari Data Dasar
Informasi tambahan yang relevan harus didapatkan dari keluarga atau orang lain yang dekat dengan pasien, dari anggota tim kesehatan yang lain, dan dari catatan atau status kesehatan pasien. Tergantung pada kebutuhan utama penyakit pasien, informasi ini dapat diperoleh sebelum riwayat kesehatan dan pengkajian kesehatan. Bagaimanapun urutan tindakannya, yang penting adalah penggunaan dari semua sumber yang tersedia dari data tambahan untuk melengkapi pengkajian keperawatan.

Mencatan Dasar Data
Setelah riwayat kesehatan dan pengkajian kesehatan dilengkapi, informasi yang diperoleh dicatat dalam catatan permanen pasien. Catatan tersebutbermanfaat sebagai sarana komunikasi antara anggota tim perawat kesehatan dan memfasilitasi perencanaan koordinasi dan kesinambungan perawatan. Pencatatan bermanfaat juga untuk fungsi lain seperti:
1.    Pencatatan berfungsi sebagai catatan yang bersifat bisnis dan legal bagi lembaga perawatan kesehatandan bagi staf profesional yang bertanggung jawab terhadap perawat pasien.
2.    Pencatatan berfungsi sebagai dasar untuk mengevaluasikualitas dan kesesuaian perawat seperti halnya untuk mengkaji kembali penggunaan yang efektif dari pelayanan perawat pasien.
3.    Pencatatan memberikan data yang bermanfaat untuk penelitian, pendidikan, dan perencanaan jangka pendek dan jangka panjang
Terhadap beragam sistem yang digunakan untuk mendokumentasikan perawat pasien. Tiap lembaga perawatan kesehatan memilih sistem yang paling memenuhi kebutuhannya. Jenis sistem yang tersedia termasuk sistem pencatatan kesehatan yang berorientasi  pada masalah atau proses bagan yang sudah di permudah seperti focus charting, patient outcome charting, problem intervention evaluation charting-pie charting, dan  charting by excepation-cbe. Selain itu, banyak lembaga perawatan kesehatan yang sudah beralih pada sistem pendokumentasian yang tampaknya lebihmenghemat waktu, meningkatkan pemantauan dari masalah peningkatan kualitas, dan memudahkan untuk memperoleh informasi tentang pasien.

Diagnosis
Komponen pengkajian dari proses keperawatan berfungsi sebagai dasar untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif. Segera setelah penyelesaian riwayat kesehatan dan pengkajian kesehatan, perawat mengorganisasikan, menganalisa, mensintesa dan merangkum data yang terkumpul dan menentukan kebutuhan pasien terhadap asuhan keperawatan.
Diagnosa Keperawatan
Keperawatan, berbeda dengan kedokteran, belum mempunyai taksonomi label diagnostik yang lengkap yang mempunyaiarti yang sama bagi semua perawat. Tujuan untuk menetapkan daftar formal dari diagnosa keperawatan adalah untuk mengidentifikasi fungsi keperawatan yang menjadi tanggung jawab dan tanggung gugat dalam keperawatan dan telah membantu menggambarkan ruang lingkup praktik. Standar praktik menjadi lebih definitif, dan kolaborasi antara keperawatan dengan disiplin ilmu lain telah difalisilitasi.
            Banyak undang-undang praktik perawat negara bagian memasukan diagnosakeperawatan sebagai fungsi keperawatan, dan diagnosa keperawatan termasuk dalam standar praktik keperawatan dari asosiasi perawat amerika dan dalam standar yang  dirumuskan oleh banyak organisasi keperawatan spesialis.
            Organisasi resmi yang sudah mempunyai tanggung  jawab formal untuk merumuskan diagnosa keperawatan yang dapat di terima adalah asosiasi  diagnosa keperawatan amerika utara sudah menyetujui suatu taksonomi untuk klasifikasi diagnosa keperawatan dan terus mengembangkannya lebih jauh. Usaha-usaha dilakukan untuk memasukan revisi kesepuluh taksonomi dalam International Classification of Diseases World Health Organization.
            Kategori diagnostik yang diidentifikasi oleh NANDA secara umum sudah diterima oleh para perawat, tetapi membutuhkan validasi dan perluasan lebih jauh. Kategori ini belum sepenuhnya lengkap atau berdiri sendiri. Lebih banyak penelitian dibutuhkan untuk menentukan atribut prediktif dan prognostik dari lebel diagnosa tersebut. Hanya melalui penggunaan klinis dan penelitian dari label diagnosa keperawatan , maka lebel ini dapat divalidasi dan diperluas.


Merumuskan Diagnosa Keperawatan
Ketika merumuskan diagnosa keperawatan untuk pasien tertentu, perawat pertama-tama harus mengidentifikasi kesamaan antara data pengkajian yang sudah terkumpul. Hal-hal yang sama mengacu pada pengkategorian data yang saling berhubungan yang menunjukan adanya masalah dan perlunya intervensi keperawatan. Masalah keperawatan pasien kemudian dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan.
            Yang harus di ingat adalah diagnosa keperawatan bukan diagnosa medis ; diagnosa keperawatanbuak pengobatan medis yang dibuat oleh dokter; diagnosa keperawatan bukan pemeriksaan diagnostik; diagnosa keperawatan bukan peralatan yang digunakan untuk mengimplementasikan terapi medis; dan diagnosa keperawatan bukan masalah yang dihadapi perawat saat merawat pasien. Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dari pasien yang dapat diatasi secara bertanggung jawab dengan tindakan keperawatan yang mandiri. Diagnosa keperawatan yang dinyatakan dalam istilah yang ringkas tentang masalah spesifik pasienakan menurut perawat dalam menyusun rencana asuhan keperawatan
                      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar